Di Indonesia kita menyebutnya dengan burung cendrawasih. Bercirikan
dengan warna yang mencolok dan cerah, bulu berwarna kuning, biru, merah,
dan hijau. Dengan warna-warna yang demikian mereka menjadi burung
paling indah dan menarik di dunia, sehingga disebut sebagai burung dari
surga.
Burung cendrawasih banyak ditemukan di Papua atau Papua Nugini dan
pulau-pulau sekitarnya, termasuk juga Australia Timur. Sayangnya
keberadaan burung ini semakin berkurang seiring dengan banyaknya
perburuan liar yang tidak bertanggung jawab.
Lesser bird of paradise (Paradisaea minor)
The Lesser bird of paradise dikenal dengan nama Cendrawasih kuning
kecil. Burung ini berukuran sedang dengan panjang sekitar 32 cm,
berwarna merah-coklat dengan mahkota kuning dan punggung atas kuning
kecoklatan.
Burung jantan memiliki tenggorokan berwarna zamrud-hijau tua,
sepasang ekor panjang dan dihiasi dengan bulu hiasan sayap yang berwarna
kuning di daerah pangkal berwarna putih di daerah luarnya.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, memiliki
kepala berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi
bulu-bulu hiasan. Daerah penyabaranya meliputi seluruh hutan bagian
utara Papua Nugini, dan pulau-pulau di dekat Misool dan Yapen.

Raggiana bird of paradise (Paradisaea Raggiana)
The Raggiana bird of paradise dikenal juga dengan nama Count
Raggi’s bird of paradise. Burung ini juga yang paling dikenal sebagai
burung Cendrawasih. Habitat burung ini terdistribusi secara luas di
Pulau Irian selatan dan timur laut.
Memiliki panjang 34 cm panjang, berwarna merah-coklat keabu-abuan,
iris kuning dan kaki berwarna cokelat keabu-abuan. Burung jantan
memiliki mahkota kuning, tenggorokan zamrud-hijau tua dan kerah kuning
di antara tenggorokan.
Warna bulu sayap bervariasi dari merah ke jingga tergantung
subspesies. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,
dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan.

Astrapia Ribbon-tailed (Astrapia mayeri)
Ini adalah salah satu burung cendrawasih yang paling spektakuler.
Namanya Astrapia Ribbon-tailed dan memiliki bulu ekor terpanjang dalam
kaitannya dengan ukuran tubuh, panjangnya mencapai lebih dari tiga kali
panjang tubuhnya.
Panjang burung dewasa mencapai 32 cm dengan ekor burung jantan
yang bisa mencapai 1 meter. Burung jantan memiliki warna hitam dan hijau
zaitun sedangkan burung betina berwana coklat. Burung jantan memilki
ekor panjang berbentuk pita berwarna putih. Daerah penyebarannya ada di
bagian tengah Pulau Irian.

Blue bird of paradise (Paradisaea rudolphi)
Namanya mengingatkan nama salah satu angkutan Taksi di Indonesia.
Burung ini berukuran sekitar 30 cm, berwarna hitam, iris warna coklat
gelap, kaki abu-abu. Burung jantan dihiasi dengan bulu sayap dengan
dominasi warna ungu biru . Sehingga disebut juga dengan Cendrawasih
Biru.
Blue Bird of Paradise adalah burung endemik Papua Nugini. Daerah penyebarannya meliputi pegunungan tenggara Papua Nugini.

Riflebird Paradise (Ptiloris paradiseus)
Kalau anda pernah melihat film Planet Earth, maka anda akan
melihat burung ini. Burung ini memiliki panjang sekitar 30 cm dengan
burung jantan berwarna hitam dengan warna-warni mahkota biru kehijauan,
kaki hitam, iris coklat gelap dan mulut kuning. Burung betina jenis ini
berwarna coklat zaitun.
Merupakan endemik di Australia timur, Riflebird juga tersebar di
hutan hujan di New South Wales dan pusat Queensland. Burung jantan dapat
mengembangkan sayapnya dan memamerkannya seraya bergerak ke kanan dan
ke kiri di hadapan burung betina untuk memikat mereka.
Red bird of paradise (Paradisaea rubra)
Kita menamakannya Cendrawasih Merah, panjang sekitar 33cm berwarna
kuning dan coklat, serta berparuh kuning. Burung jantan dewasa bisa
mencapai 72cm termasuk bulu-bulu hiasannya yang berwarna merah darah
dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya.
Bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua
buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung
betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna
coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Merupakan endemik dari Indonesia, Cendrawasih Merah hanya
ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di
kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.

Lawes’s Parotia (Parotia Lawesii)
Parotia lawesii berukuran sedang sampai dengan 27 cm). Daerah
penyebarannya meliputi hutan pegunungan di tenggara dan timur Papua
Nugini.
Burung jantan memiliki warna hitam dengan kening putih, warnawarni
tengkuk biru ungu dan emas bulu dada hijau. Dihiasi dengan tiga kawat
hias kepala dari belakang setiap mata dan memanjang mengapit bulu yang
berwarna hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kepala burung
gelap, iris kuning dan gelap.

King of Saxony bird of paradise (Pteridophora alberti)
King of Saxonyi adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil,
dengan panjang sekitar 22cm. Burung jantan dewasa mempunyai bulu
berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai bulu kawat
bersisik biru-langit mengilap seperti panji yang panjangnya mencapai
40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Oleh karenanya
burung ini dimakan Cendrawasih Panji.
Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung
berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu
kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna
hijau laut.
Burung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan
bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa
dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan. Daerah penyebarannya ada di hutan
pegunungan pulau Irian.

Wilson’s Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)
Wilson’s Bird of Paradise berukuran lumayan kecil sampai dengan 21
cm. Burun jantan adalah berwarna merah dan hitam dengan jubah kuning di
leher, mulut hijau muda, kaki biru dan dua bulu ekor berwarna ungu yang
melengkung. Semetara itu betina berwarna kecoklatan dengan mahkota
biru.
Merupakan endemik Indonesia, dengan daerah penyebaran di bukit dan
hutan hujan dataran rendah Kepulauan Waigeo dan Batanta dari Papua
Barat.

Princess Stephanie’s Astrapia (Astrapia stephaniae)
Stephanie Astrapia berukuran sekitar 37 cm, burung ini berwarna
hitam dengan warna-warni kepala biru-hijau dan ungu, disamping itu
memiliki bulu ekor panjang hitam keungunan.Burung
betinanya berwarna coklat gelap dengan kepala hitam kebiruan. Habitat
aslinya ada di pegunungan di pusat dan timur Papua Nugini.
s
FAUNA LANGKA
Belalang Daun Sang Penyamar Kecil Dibalik Dedaunan
Sebuah
lemari kaca berisi daun-daun jambu yang letakkan di dalam sebuah vas.
Sekilas tampak hanya daun-daun jambu yang sepertinya tidak begitu
menarik untuk dipertontonkan. Tapi ketika diamati lebih seksama ada
sesuatu yang bergerak-gerak. Bentuk badan, sayap, dan kakinya seperti
sebuah daun, berwarna hijau, kuning, terkadang ada juga yang berwarna
orange. Ya, itulah keunikan seekor ‘belalang daun’. Belalang daun ini
menjadi salah satu primadona koleksi serangga hidup yang ada di Museum
Serangga TMII.
‘Belalang daun’ atau dalam bahasa latin lebih dikenal dengan sebutan Phyllium fulchrifolium,
merupakan serangga yang masuk ke dalam ordo Phasmatodea. Ciri-ciri yang
paling menonjol berdasarkan penampakan luar tubuhnya hampir seluruhnya
menyerupai sebuah daun. Ukuran tubuhnya sebesar ukuran daun jambu.
Bentuk tubuh yang menyerupai gambaran lingkungan dimana dia hidup-di
pohon jambu-memberikan keuntungan besar baginya supaya tidak dapat
dideteksi oleh musuh yang akan memangsanya.
Seekor
belalang daun jantan perilakunya lebih aktif dibandingkan dengan
belalang daun betina. Belalang daun jantan terkadang ditemukan aktif
terbang pada siang hari. Sedangkan belalang daun betina lebih banyak
berdiam diri diantara rimbunan daun-daun jambu. Daun jambu merupakan
sumber makanan pokok bagi belalang daun.
Daur hidup dari belalang daun ini adalah metamorfosis tidak sempurnanimfa-bentukan
mirip serangga dewasa, hanya saja sayap dan organ lainnya belum
sempurna) diawali oleh betina dan jantan kawin, kemudian betina bertelur
dengan menjatuhkan telurnya ke tanah. Bentuk telur belalang daun
seperti buah belimbing, sebesar biji kacang polong. Tahapan telur sampai
menetas menjadi nimfa sekitar 6 bulan. Nimfa yang menetas
berukuran kecil sekitar 3 cm, berwarna merah kecoklatan. Rentang waktu
tahapan nimfa menjadi dewasa dialami selama 8 bulan. Nimfa ini nantinya
akan berganti kulit (moulting) sampai 5X. Setiap pergantian
kulit, tubuh nimfa semakin bertambah besar. Pergantian kulit yang
terakhir menentukan nantinya belalang daun menjadi berwarna hijau, hijau
muda, orange atau kuning. Pada generasi kedua, telur belalang daun yang
dihasilkan oleh betina dapat menetas tanpa adanya proses pembuahan dari
belalang daun jantan, istilah biologi untuk fenomena seperti ini
disebut parthenogenesis. Telur yang tidak dibuahi bisa menetas langsung menjadi nimfa dan seterusnya. Kejadian parthenogenesis
ini dilalui oleh belalang daun sampai generasi ke 5-7, kemudian akan
terjadi lagi perkawinan antara jantan dan betina untuk menghasilkan
telur. (ditandai dengan adanya
Di Indonesia, keberadaan belalang daun tersebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan pada ketinggian sekitar 800 m dpl
FLORA LANGKA
Salah satu fLORA langka di Indonesia adalah bunga Raflesia Arnoldi
Rafflesia
Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya tumbuh di
kawasan Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu. Tanaman
ini pertama kali ditemukan di Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang
letnan dari Inggris, yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Gubernur
Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani.
Oleh
Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai lambang
provinsi. Karena Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka, maka sejak
tahun 2000 Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman
yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu, sejak tahun 2001,
beberapa kawasan hutan yang menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan
sebagai kawasan hutan yang dilindungi.
Raflesia Arnoldi adalah
bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan Provinsi
Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang jauh
lebih besar dari ukuran bunga pada umumnya juga karena proses
pemunculannya yang tiba-tiba tanpa memiliki bentuk pohon tertentu.
Menurut berbagai ahli botani, bunga ini diidentifikasi sebagai bunga
terbesar di dunia.
Bunga
ini kerap tumbuh di hutan Bukit Barisan di Desa Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Tengah dan juga di sekitar Desa Tebat Monok,
Kabupaten Kepahiang. Bagian terbesar dari bunga ini adalah lima kelopak
bunga yang mengelilingi bagian dalam, yang tampak seperti mulut gentong.
Di dasar bagian yang seperti gentong ini, terdapat benang sari ataupun
putik, bergantung pada jenis kelaminnya, Rafflesia Arnoldi jantan atau
betina. Terpisahnya benang sari dan putik ini, membuat pembuahan bunga
yang berbau busuk ini agak sulit. Dibutuhkan bantuan dari serangga,
angin, ataupun air agar Rafflesia Arnoldi dapat berbunga.
Masa
pertumbuhan Rafflesia Arnoldi terhitung lama, dapat memakan waktu
hingga sembilan bulan, dan jika bunganya sedang mekar, hanya akan
berlangsung selama seminggu. Maka tak heran jika tidak banyak wisatawan
yang cukup beruntung untuk melihat bunga yang biasanya mekar di bulan
Agustus hingga November ini. Jika sedang mekar, bunga ini dapat memiliki
diameter hingga 1 meter, dan beratnya dapat mencapai 11 kilogram. Bunga
ini memang akan mengeluarkan bau yang tak sedap, namun bau inilah yang
memancing serangga untuk mendekati Rafflesia Arnoldi, sehingga
memungkinkan pembuahan terjadi.
Salah
satu kebanggaan masyarakat Bengkulu yang merupakan puspa langka
Indonesia, bunga Raflesia Arnoldi yang hanya tumbuh di sekitar kawasan
Hutan Lindung Bukit Daun Bengkulu saat ini terancam punah. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA), Supartono. Kepunahan ini disebabkan oleh warga di sekitar
kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, secara sengaja memindahkan bongkol
puspa langka tersebut ke daerah yang mudah dijangkau pengunjung atau
diletakkan di sekitar rumah atau pinggir jalan untuk dimanfaatkan
menjadi sumber pendapatan, karena setiap bunga Raflesia mekar selalu
dipadati oleh pengunjung baik dari Provinsi Bengkulu maupun dari
provinsi lain untuk melihat dari dekat puspa langka Indonesia tersebut.
Pihak
BKSDA sejak tahun 2006 sudah mencurigai indikasi ini, tetapi tidak
pernah ditemukan bukti yang kuat. Pihak BKSDA curiga dan heran kenapa
bunga Raflesia selalu mekar dekat dengan jalan, padahal puspa ini
memerlukan iklim yang ekstrim dan hanya tumbuh di kawasan Hutan Lindung
Bukit Daun.
Hal
ini hendaknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak
terkait, jangan sampai salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu dan
koleksi puspa langka Indonesia menjadi punah dan tinggal cerita.
0 komentar:
Posting Komentar